Dan, sebuah album dokumentasi perjalanan
mereka selama 12 tahun yang dirilis pada 8 Mei 2011 adalah jawaban atas
kabar miring di atas. Album ini, menurut Ametz, berisi perjalanan Take A
Stand. Seperti sebuah novel traveloug yang di dalamnya memuat sejumlah
lagu yang merepresentasikan fragmen kiprah mereka dari waktu ke waktu.
Kebanyakan lagu diambil dari album yang sempat kami rilis, baik album
pribadi Take A Stand maupun kompilasi. Tapi, mereka tidak lupa
menyelipkan lagu baru. “Semula Take A Stand hanya akan merilis sebuah
singel. Bahkan kami sudah merancang sebuah gigs untuk merilis lagu
tersebut. Namun, akhirnya rencana itu berubah dan jadilah album
dokumentasi ini,” ujar Ametz lagi.
Selain
jawaban atas sas-sus yang menyebut mereka bakal bubar, album
dokumentasi itu sekaligus juga cara mereka membayar kesalahan selama
ini. Ametz mengaku, selama ini Take A Stand terlalu cuek dalam urusan
menyusun dokumentasi. “Ketika manggung, kami tak pernah peduli apakah
ada orang yang memotret atau merekam dengan video. Sebab, bagi kami
manggung adalah momen untuk melepas keringat dan berekspresi. Karena
itulah dokumentasi foto dan video kami sangat sedikit,” akunya.
Sayangnya,
Ametz memberikan sinyal yang kurang baik ketika ditanya rencana Take A
Stand setelah album dokumentasi dirilis. “Kami mungkin akan aktivitas
bermusik. Tapi, saya tegaskan sekali lagi, Take A Stand tidak bubar dan
tidak akan pernah bubar,” cetus Ametz.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar